Apa bedanya ditaksir duda dengan ditaksir bujangan? Sebenarnya sama saja. Mungkin bedanya hanya terletak pada kepastian diajak nikahnya. Seorang duda, apalagi sudah beranak tiga, pasti tidak akan banyak menunda pernikahan keduanya. Banyak beban yang harus segera diselesaikannya.
Pertama, sebagai seseorang yang telah mengalami kehidupan suami-istri, pasti dirinya tidak akan tahan berlama-lama hidup selibat.
Kedua, setelah ditinggalkan isterinya, dia sangat disibukkan oleh urusan rumah dengan segala tetek bengeknya. Jadi, wajar bila dia ingin segera mendapatkan isteri baru.
Ketiga, anaknya yang tiga orang itu walau bagaimana pun membutuhkan figur seorang ibu. Sang duda pasti mendambakan ada seseorang yang bersedia menerima wewenang penuh peran ibu yang selama ini dirangkapnya.
“Kalau itu tiba-tiba menimpa saya, bagaimana, Ya?”
“ Kalau hatimu tidak srek gak usah dilanjutkan.”
“Terus, kalau dia masuk dalam jajaran duren alias duda keren, saleh, bertanggung jawab, penuh perhatian sama keluarga, bagaimana ya?”
“ Ya, terserah Sampeyan juga.”
“Pacar sih ada, masih perjaka ting-ting lagi. Tapi, tiap kali diajak bicara serius soal masa depan, soal rumah tangga, dia selalu menghindar.”
“Nah, kalau begitu pinangan si duda tadi patut juga dipertimbangkan.”
“Terus anaknya bagaimana?”
“Ya, kamu harus bersedia menerimanya. Jangan cuma mau ngemong bapaknya saja, Sis.”
“Terus?”
“Lha, kalau ngomong terus kapan action-nya. Temui bapakmu, ibumu, saudaramu, mbahmu. Minta pertimbangan dari mereka. Lalu, berdoa semoga ini jodoh pilihan yang dikirim Tuhan untuk menjadi imam terbaikmu.”
“Terus anaknya bagaimana?”
“Kok, nanya lagi. Anak-anaknya ya kelak akan menjadi tanggung jawabmu juga. Kalau kamu pintar membimbingnya dan berlaku penuh kasih sayang sebagai seorang ibu, pasti mereka juga akan sayang padamu. Mereka akan mendoakanmu biar masuk surga. Percayalah!”
2 Comments